Oekusipost.com Oe-Kusi Ambeno – Irigasi Tono yang sudah diresmikan oleh Kepala Negara Francisco Guterres Lu Olo pada tahun 2017 lalu, hari ini tidak berfungsi, karena tidak sempat mengairi 1700 hektar sawah milik para petani yang jaraknya tidak jaun dari mulut irigasi ini.
Irigasi yang menghabiskan dana belasan juta dollar Amerika kini telahdipenuhi dengan lumpur dan pasir.
Sebelumnya, Otoritas Daerah Administratif Khusus Oe-Kusi Ambeno (RAEOA) menjanjikan bahwa, pembangunan irigasi Tono kelak menguntungkan para petani untuk membajak sawah mereka dengan luas 1170ha guna menjawab kebutuhan 961 keluarga di Desa Cunha, Lalisuk dan Lifau Kecamatan Pante Makassar. Tetapi sayangnya, janji Otoritas RAEOA tidak ada apa-apanya, karena dampak dari perubahan iklim dan secara teknik, irigasi Tono tidak baik.
Irigasi Tono dengan dua alur itu dengan panjang masing-masing 26,5Km dan 2,6Km tidak mengalirkan air yang di butuhkan para petani.
Saat peresmian, Kepala Negara Francisco Guterres Lu-Olo dalam pidatonya mengatakan, dengan adanya irigasi Tono, produksi padi masyarakat Atoni Oe-Kusi akan berlimpah bahkan minat untuk membeli beras akan berkurang, karena irigasi Tono akan mengalirkan air dengan debit yang besar agar para petani bisa membajak sawah dua kali dalam setahun.
“Saya yakin, masyarakat Oe-Kusi tidak akan membeli beras, karena debit air ini lebih besar. Jika dalam setahun mereka (orang tua, kaum muda dan anak-anak) terus memproduksi padi, berarti Oe-Kusi tidak akan mengalami kekurangan bahan makanan, kata PR Lu-Olo saat mengobservasi langsung Sistim Irigasi Tono di Desa Cunha Pante Makassar-RAEOA, Jumat 9 Juni 2017.
PR Lu-Olo yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua Partai FRETILIN ini juga menganggap proyek percobaan Zona Khusus Ekonomi Sosial dan Pasar (ZEESM) membawa keuntungan bagi masyarakat Oe-Kusi. Namun anggapan Kepala Negara itu bertolak belakangan dengan realitas yang dihadapi para petani.
Para petani di Oe-Kusi Ambeno menganggap irigasi Tono bukanlah solusi yang membawa rahmat untuk merespon kebutuhan para petani untuk membajak sawah dua kali dalam satahun, namun justru membawa malapetaka, karena hingga maret 2020 para petani tidak bisa membajak sawah, karena irigasi Tono tidak mengalirkan air.
Kepala Desa Lifau Crisantos Colo mengaku bahwa, tahun ini banyak petani yang tidak bisa membajak sawah mereka karena curah hujan berkurang. Untuk itu, ia meminta Otoritas RAEOA untuk merehabilitasi irigasi Tono guna mengalirkan air bagi sawah para petani.
“Bendungan dan irigasi Tono memang memberikan manfaat yang baik bagi para petani tergantung pada curah hujan. Buktinya dua tahun lalu kami membajak sawah kami. Tahun ini kebanyakan dari para petani memang belum bisa membajak sawah. Sebanarnya air sungai itu ada, tapi irigasi justru di penuhi pasir”, dia mengaku via telepon kepada Oe-Kusi Post, Senin 8 Maret 2020.
Ditempat yang berbeda, Kepala Desa Lalisuk, Ermelindo Lalisuk menganggap pemerintah hanya menghamburkan uang rakyat untuk membangun irigasi Tono, karena pada kenyataannya tidak memberikan keuntungan bagi para petani beberapa tahun terakhir ini.
“Saya tahu babhwa, pembangunan irigasi Tono menghabiskan dana senilai Sebelas Juta Dolar America (US $ 11 Juta), tapi tidak ada hasilnya, karena para petani hanya membajak sawah satu kali dalam setahun. Tidak bisa membajak dua kali, karena irigasi di penuhi lumpur dan pasir, tidak ada air”, pernyataan Kepala Desa Ermerlindo kepada Oe-Kusi Post di Padiae, Senin 8 Maret 2020.
Dengan realitas yang ada, Ermelindo meminta pemerintah untuk menetapkan rencana yang baik untuk mengeluarkan lumpur dan pasir di irigasi Tono untuk mensuplay air kepada sawah para petani.
“Tapi saya mau menegaskan disini bahwa, Bendungan dan Irigasi Tono tidak memberikan keuntungan bagi para petani disini”.
Menanggapi persoalan ini, Direktur Pertanian dan Pembangunan Rural Cerilio dos Remédios Baba mengaku bahwa situasi ini terjadi karena minimnya curah hujan selama ini.
“Bendungan memiliki fungsi untuk mensuplay air untuk Seribu Tujuh Ratus Tujuh Belas hektar sawah. Kita juga tahu bahwa baru baru ini sudah mulai terjadi banjir, untuk itu kita akan menggunakan irigasi Tono, karena pembangunan bendungan bukan untuk di jadikan tempat sampah. Untuk itu para petani juga perlu bekerjasama untuk membersihkan kotoran paskah terjadi banjir, Baba menghimbau. (nin)