Xanana siap menantang Alkatiri di pengadilan atas kasus suap dari ConocoPhilips

DILI (TOP) – Konfik antara dua figur di Timor-Leste masih terus berkepanjangan. Konflik kali ini tentang dugaan kasus suap dari perusahaan minyak ConocoPhilips kepada mantan perdana mentri Mari Alkatiri sejak tahun 2002-2003 sampai tahun 2006.

Sejak Timor-Leste masuk ke dalam negara darurat pertama pada Maret 2020, dan sejak Mei 2020 Xanana mulai mensosialisasikan tindakan-tindakan pengegahan Covid-19 mulai dari Dili sampai 12 municipalities di Timor-Leste. Selama mensosialisasi tindakan pencegahan Covid-19, Xanana juga mendapat bantuan kemanusiaan dari berbaga kalangan yang kemudian di bagikan kepada para keluarga termiskin di Timor-Leste.

Saat Xanana mensosialisasikan tindakan pencegahan Covid-19 di seluruh teritori nasional, mantan perdana mentri hanya diam saja di Dili, bahkan jarang sekali mengunjungi para keluarga miskin dan keluarga yang mengalami bencana alam besar di Dili, tetapi kemudian dia mulai serang dan menuduh aktifitas Xanana ini sebagai sebuah tindakan untuk menutupi korupsinya yang dilakukan selama belasan tahun memegang pemerintah.

Mari Alkatiri memposting di status Facebook dengan menuduh aksi solidaritas yang dilakukan Xanana kepada para kaum miskin di Timor-Leste hanya untuk menutupi kelakuan korupsinya selama belasan tahun. Alkatiri menuduh Xanana mulai dari tanggal 21-22 Juni 2020.

Pesanan hari ini: “korupsi sebagai sebuah penyakit virus yang aktif yang menyebar sangat cepat. Orang yang melakukan korupsi ketika untuk menghindar dan melindungi diri mereka menggunakan trickle-down menabur uang sisa atau sesuatu yang kecil kepada orang miskin untuk menunjukan bahwa mereka bersolidaritas kepada orang lain (Philanthropy)”. (21 Juni 2020).

Tuduhan kedua pada tanggal 22 Juni 2020 bahwa; “yang lain karena kuasa, dulu sebagai pahlawan, sekarang menjadi koruptor terbesar, dan menyebarluaskan korupsi ke tengah masyarakat”. (22 Juni 2020).

Kay Rala Xanana Gusmão jalan keluar dari kantor kejaksaan tinggi di Kolmera, Dili, Senin 29 Maret 2021. Foto TOP/Raimundos Oki.

Setelah kedua penuduhan ini sangat viral di social media platform, orang-orang dari partai CNRT mulai marah sehingga pada tanggal 22 Juni 2020 presiden partai CNRT Kay Rala Xanana Gusmão memimpin rapat Komisi Politik Nasional dalam partainya dan dalam rapat itu ada dua keputusan; pertama partai CNRT hendak melaporkan Alkatiri kepada kejaksaan, tetapi Xanana melihat sistem keadilan di negara ini masih rapuh, dia memutuskan kepada anggota parlemen dari partai CNRT untuk menyuarakan kasus suap dari perusahaan minyak ConocoPhilips kepada Mari Alkatiri beberapa tahun silam.

Mulai dari saat itu, partai CNRT di Parlemen Nasional jadikan isu ini sebagai senjata lawan kepada Alkatiri dan mereka menyuara dan mendeklarasikan kasus suap ini di sidang pleno parlemen nasional, kemudian dipublikasikan juga beberapa dokumen terkait di beberapa media cetak di Timor-Leste.

Setelah hal ini usai, Mari Alkatiri membalas dengan langsung melaporkan anggota partai CNRT yang menuduhnya tentang terima suap dari ConocoPhilips. Sekitar dua kali Alkatiri pergi melapor struktur Komisi Politik Nasional CNRT dan anggota parlemen dari partai CNRT di kantor kejaksaan tinggi, di Kolmera, Dili tahun lalu.

Dan pada tanggal 8 Maret 2021, kantor kejaksaan tinggi melalui Jaksa Matias Soares memberi surat notifikasi kepada Kay Rala Xanana Gusmão untuk menghadap ke kantor kejaksaan tinggi pada tanggal 29 Maret 2021 sebagai saksi atas tuduhan kasus suap dari ConocoPhilips kepada Alkatiri. Xanana pun memenuhi surat panggilan itu, tetapi saat tiba di kantor kejaksaan, dia meminta kepada jaksa Matias Soares untuk mendaftarkannya sebagai pelaku karena dalam struktur partai CNRT dialah yang menyuruh dan memutuskan kepada anggota Komisi Politik Nasional untuk membongkar dan menyeluarkan kasus suap ConocoPhilips ke Alkatiri baik di Parlemen Nasional maupun ke seluruh masyarakat.

“Saya memberi dua opsi kepada para anggota Komisi Politik Nasional dan anggota parlemen dari partai CNRT untuk menyuarakan kasus suap ini ke publik, jadi hal ini saya yang bertanggung jawab tetapi saya meminta kepada jaksa untuk menetapkan saya sebagai pelaku karena saya ada bukti buat dan lengkap tentang kasus suap ini,” Xanana menjelaskan melaui press conference di Bebora, Dili 29 Maret 2021.

“Sebagai ketua Komisi Politik Nasional saya yang harus menerima semua tanggungjawab dari keputusan apa saja yang dikeluarkan dari partai. Saya tidak boleh menghindar dari tanggung jawab saya atas hal ini”.

Xanana tidak mau jadi pengecut

“Saya tidak boleh menjadi pengecut untuk memberatkan anggota-anggota saya baik dari anggota Komisi Politik Nasional maupun anggota parlemen dari partai CNRT, karena saya yang memimpin rapat Komisi Politik Nasional yang sudah dikeluarkan ke public pada tanggal 22 Juni 2020”.

Mantan tahanan politik selama 7 tahun di penjara Cipinang, Indonesia ini menambahkan, jikalau dia kalah dengan Alkatiri di pengadilan maka dia bersedia untuk masuk penjara lagi, dan penjara itu adalah hal kecil bagi Xanana.

“Saya siap, karena? Saya sudah masuk penjara dua kali. Masuk penjara pertama pada tahun 1975 ketika saya ditangkap oleh anggota partai UDT di kantor FRETILIN. UDT memenjarakan saya selama tujuh hari karena membela bendera partai FRETILIN. Dan masuk penjara selama 7 tahun di penjara Cipinang, Jakarta, Indonesia karena membela bendera Republik Demokrat Timor-Leste (RDTL). Jadi penjara bagi saya itu hal biasa, saya tidak takut”.

Menurut laporan media Australia The Sydney Morning Herald (SMH) edisi 27 Februari 2007 bahwa pengacara perusahaan minyak Oceanic Exploration telah menuntut perusahaan ConocoPhilips ke Pengadilan Distrik AS di Texas Selatan.

Oceanic menantang hak ConocoPhillips atas enam juta hektar Laut Timor yang mencakup ladang besar Bayu-Undan yang telah memberi Timor Lorosa'e lebih dari $ US1 miliar ($ 1,3 miliar) dan diharapkan memperoleh sebanyak $ US15 miliar untuk bangsa miskin.

Di bawah Perjanjian Laut Timor yang ditandatangani Australia dan Timor Lorosa'e pada tahun 2002, Timor Lorosa'e berhak atas 90 persen dari produksi minyak bumi di daerah itu.

Oceanic mengklaim kesepakatan dengan mantan penguasa Timor Lorosa'e, Portugal, pada tahun 1974 memberikan hak eksklusif kepada anak perusahaannya Petrotimor atas Wilayah Pengembangan Minyak Bersama yang mencakup Bayu-Undan.

Perusahaan mengklaim dalam dokument pengadilan AS bahwa ConocoPhillips mencuri konsesi dengan menyuap pejabat Indonesia dan Timor-Leste selama 30 tahun. Klaim Oceanic, ConocoPhillips menghasilkan lebih dari $ US2 juta uang tunai dan pembayaran lain kepada pejabat Timor-Leste, termasuk mantan perdana menteri Mari Alkatiri.

Dokumen-dokumen menyatakan uang tunai jutaan dolar disimpan di dua rekening bank di Darwin pada tahun 2002. Alkatiri dan ConocoPhillips dengan keras membantah klaim tersebut.

Raimundos Oki
Author: Raimundos OkiWebsite: https://www.oekusipost.comEmail: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Xefe Redasaun & Editor

Online Counter