Bendungan Tono tidak mengairi sawah 1700ha selama 4 tahun

AMBENO (TOP) – Sekitar sudah empat tahun lebih lahan sawah 1700 hektar di kecamatan Pante Makassar, Oe-Kusi Ambeno tidak dikelola oleh para petani karena bendungan yang dibangun pemerintah dengan anggaran sebesar 11 juta dolar amerika tidak berfungsi.

Ada beberapa hektar sawah yang jaraknya tidak jauh dari mulut bendungan ini juga tidak bisa dikelola karena air tidak masuk, dan lebih parah lagi sekarang pada musim hujan juga air dari bendungan ini tetapi tidak masuk ke sawah-sawah ini.

Bendungan ini telah dibangun pada tahun 2015 dan diresmikan pada tahun 2017 oleh Presiden Republik Francisco Guterres Lú Olo, dan Perdana Mentri pemerintahan minoritas Mari Alkatiri.





Lú Olo yang sampai hari ini juga sebagai Presiden Partai FRETILIN menyatakan masyarakat di Oe-Kusi Ambeno terutama yang tinggal dekat dengan bendungan ini tidak akan lapar lagi karena para petani akan mengelola sawah mereka 3 kali dalam setahun, tetapi faktanya setelah peresmian bendungan ini tidak berfungsi sama sekali dan mengakibatkan ratusan hektar lahan sawah tertidur.

Pemerintahan otoritas Oe-Kusi Ambeno yang dipimpin oleh Mari Alkatiri bahwa bendungan ini akan memberi manfaat kepada para petani di suku Cunha, Lalisuk, dan Lifau tetapi hasilnya tidak ada, dan masyarakat dari beberapa suku ini telah menuntut dan meminta kepada pemerintah otoritas khusus Oe-Kusi Ambeno untuk mencari solusi untuk memperbaiki bendungan ini.

“Kami sudah melakukan rapat dengan semua pemilik sawah untuk memperbaiki bendungan ini tetapi memperbaiki dengan tenaga kami saja tidak bisa. Dengan demikian kami meminta kepada pemerintah untuk segera memperbaikinya supaya bisa membantu para petani untuk mengelolakan sawah mereka yang telah tidur sekian lama,” Gaspar Naheten sala satu pemilik saying menyakan kepada The Oe-Kusi Post di bendungan Tono, Oe-Kusi Ambeno, Kamis 17 Desember 2020.

Sedangkan menurut Kepala Desa Lalisuk Hermenegildo Lalisuk menganggap bendungan Tono itu bukan membawa rahmat kepada para petani sawah tetapi malah membawa malapetaka, karena menurut dia, sebelum ada bendungan itu para petani masih bisa mengelola sawah mereka dengan air sungai tetapi ketika bendungan Tono dibangun pada tahun 2015 dan mulai dari saat itu juga mereka sudah tidak mengelola sawah mereka lagi karena bendungan Tono telah tidak berfungsi.

Kepala Desa Lalisuk Hermenegildo Lalisuk. Foto TOP/Abilio Elo Nini. 

“Masyarakat dari empat suku seperti Cuña, Lalisuk, Costa dan Lifau telah mempersiapkan traktor, tetapi volume air belum cukup untuk bersawah. Saya minta kepada Presiden Otoritas Daerah Administrasi Khusus Oe-Kusi dengan timnya untuk memberi perhatian kepada bendungan ini,” dia menjelaskan.

Naheten menjelaskan sudah hampir empat tahun berturu-turut para petani di empat suku ini telah gagal panen karena akibat curah hujan berkurang dan juga bendungan yang tidak mengairi para sawah-sawah ini.

“Sebelum ada bendungan ini para petani setiap tahun memerjakkan sawah mereka tetapi setelah bendungan ini dibangun mengakibatkan banyak sawah yang tertidur,” dia menjelaskan.





Menanggapi hal ini, Direktur Pertanian dan Pembangunan untuk Daerah Administrasi Khusu Oe-Kusi Ambeno (RAEOA) Serilio dos Remedios Baba mengaku keluhan para petani, dan juga mengakui bahwa ratusan hektar sawah selama ini tidak dikelola karena akibat El Nino dan juga bendungan yang tidak baik.

“Jadi, dalam waktu dekat kita akan lakukan rapat dengan para petani untuk membersihkan bendungan itu karena disana ada dua saluran yang dipenuhi dengan lumpur dan pasir. Perlu dibersihkan agar air bisa mengalir ke dalam sawah,” dia menjelaskan. 

Abilio Elo Nini
Author: Abilio Elo NiniWebsite: www.oekusipost.comEmail: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
Reporter
Reporter base in Ambeno, Oecusse.

Online Counter